PENDIDIKAN
dan RUBATA
Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia. Negara dan Agama
menyebut bahwa pendidikan adalah hal yang wajib serta mutlak harus ada. Pendidikan
menjadi tolak ukur atas kemajuan suatu masyarakat/komunitas atau bangsa.
Di Agama dijelaskan bahwa Seseorang akan diangkat derajatnya
bilamana tingkat keimanan dan keilmuannya juga mumpuni. Melihat kenyataan ini
maka seharusnya orang yang beragama Islam berbondong-bondong untuk
berpendidikan melalui belajar untuk mendapat ilmu pengertahuan yang bermanfaat.
Di Negara, pendidikan menjadi prioritas, hal ini sudah
tercantum di salah satu pasal UUD 1945. Belum lagi sekarang, pendidikan
mendapat perhatian lebih dengan anggaran yang luar biasa besar.
Dengan kondisi diatas maka seharusnya rakyat Indonesia pasti
berpendidikan dan pasti menjadi orang yang cinta ilmu. Tetapi kenyataannya
berbeda??
Pernah ada penelitian dari lembaga bisnis, bahwa di era
manapun dan kondisi krisi ataupun tidak, terdapat tiga bisnis yang
menguntungkan tidak berefek meskipun ekonomi dunia tidak stabil. Tiga bisnis
ini adalah Pendidikan, Kesehatan dan Kuliner.
Setelah saya amati ternyata memang benar. Hari ini pendidikan
adalah bisnis yang menggiurkan, bahkan sangat menguntungkan. Apakah itu boleh? Bagi
saya itu wajar dalam koridor-koridor tertentu.
Saya sendiri termasuk yang pernah berbisnis di dunia
pendidikan, kami mempunyai cita-cita idealis untuk ikut mencerdasakan bangsa
dengan mengedepankan profesionalitas dan tidak mengejar keuntungan semata
dengan mendirikan bimbingan belajar. Seiring berjalan waktu perkembangannya
juga lumayan, serta pada akhirnya saya dan istri sibuk dengan adanya karunia
luar biasa dengan lahirnya anggota keluarga baru kami sehingga kami menyudahi
kegiatan bimbingan tepat setelah mereka selesai ujian UNAS.
Pada saat vakum ini, kami teringat dari pesan salah satu
teman bahwa idealnya pendidikan dan kesehatan itu jangan
dibisniskan tapi diberikan Cuma-Cuma sebagai bagian kegiatan sosial. Pendidikan
dan kesehatan itu harus selalu di nomer satukan. Karena dengan pendidikan akan
membentuk mainstream/ pola pikir masyarakat. Untuk memerangi kemiskinan di
negara ini kita harus kalahkan kebodohan. Untuk itu harus ada dukungan dari
seluruh pihak tanpa embel-embel apapun untuk mencapainya. Perlu dipahami bahwa
negara maju bukanlah negara yang penduduknya bisa bawa mobil semua, tetapi
penduduknya yang melek terhadap pendidikan dan mengutamakan pendidikan daripada
kepentingan yang lain.
Hal tersebut yang perlu kita pikirkan bersama sehingga
pendidikan menjadi suatu khittoh dalam memerangi kemiskinan dan menjadikan
negara kita menjadi negara maju. Pendidikan yang tidak mengenal strata ekonomi
dan golongan ataupun etnis tertentu, karena pendidikan adalah hak semua.
Bagi penulis pembangunan fisik jika tidak selaras dengan
pembangunan SDM maka akan menjadi Sia-Sia.
Jika kita melihat sejarah Jepang setelah dihadiahi Bom oleh
Sekutu di Nagasaki dan Hiroshima mereka tetap bisa bangkit dan bahkan menguasai
dunia. Bahkan Amerika yang dulu menjadi lawan perang di PD II sekarang menjadi
negara yang dikuasai oleh Jepang. Secara tidak langsung Jepang telah menguasai
Amerika dengan banjirnya produk mereka di negara Tersebut.
Kuncinya hanya satu. Ketika mereka terpuruk di kondisi yang
sangat mengenaskan, mereka langsung mengadakan analisa dan akhirnya mereka
mendahulukan pembangunan SDM dengan pendidikan dan hasilnya sekarang sudah
terlihat. Mereka mampu menjadi salah satu negara maju di Dunia.
Bagaimana dengan Indonesia?? silakan dilihat, dianalisis dan
diambil kesimpulan sendiri.
Akhirnya setelah berdiskusi panjang lebar tentang hal
tersebut, Penulis dan istri ingin sedikit mempunyai peran dalam membantu
mencerdaskan anak sekitar melalui pendidikan. Akhirnya kami dirikan Rumah Baca
Kita (RUBATA) yang bercita-cita membantu anak sekitar dalam pendidikan.
Perjuangan ini akan menjadi salah satu sumbangsih kami demi
negara ini. Meskipun banyak rintangan dan cibiran yang menganggap bahwa
kegiatan ini tidak efektif, tidak ada untungnya dan sebagainya. Bahkan ada yang
bertanya kenapa meyibukkan diri dengan sesuatu yang gratis dan lebih baik
digunakan untuk kerja yang menghasilkan dana dll.
Tapi bagi kami tidak masalah.
Terkadang untuk kesenangan memang tidak bisa diukur dengan
biaya yang dikeluarkan. Sama ketika kita ingin berekreasi ke suatu tempat yang
jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi kita tetap
melaksanakannya. Bagi kami ini adalah
Rekreasi kami, kesenangan kami dan hiburan bagi kami.
Semoga kami Istiqomah
dalam memperjuangkan ini.